a a a a a a a a
HUT Loka Refractories Wira Jatim ke105HUT Loka Refractories Wira Jatim ke-105
PT. Loka Refractories Wira Jatim adalah Sebuah Badan Usaha Milik Daerah / BUMD dan bernaung dalam kelompok usaha PT. Panca Wira Usaha Jawa Timur. Spesialisasi kami adalah Industri Refraktori dengan pengalaman yang membentang selama lebih dari 1 abad memproduksi semen dan bata tahan api, melayani customer di berbagai pelosok Indonesia.

Dalam kegiatan Tasyakuran hari jadi Loka yang ke 105 tahun pada tanggal 17 Januari 2024 PT. Loka Refractories Wira Jatim lebih kepada memberikan apresiasi terhadap Karyawan Teladan, Karyawan Purna Tugas dan pengangkatan karyawan tetap. Dengan adanya penghargaan terhadap karyawan teladan ini, diharapkan mampu untuk memotivasi karyawan yang lain untuk bisa memberikan kinerja yang jauh lebih baik lagi kedepannya.

Harapan untuk PT. Loka Refractories sendiri adalah dapat menjadi leader dalam Industri Refraktori di Indonesia.
Learn More
Plastic Material  Ramming Mix Plastic Material & Ramming Mix
Plastic material dan ramming mix merupakan material refractory yang diaplikasikan dengan cara diratakan atau ditekan menggunakan alat berupa rammer.

Biasanya, kedua material tersebut diaplikasikan pada berbagai macam furnace dan boiler pada industri peleburan baja.

Meskipun cara pengaplikasiannya menggunakan alat yang serupa, kedua material tersebut memiliki perbedaan. Perbedaannya yaitu pada nilai workability index.

Apa itu workability Index (WI)? WI yaitu index penentu sifat plastis material refractory yang pemasangannya dapat dilakukan dengan rammer, gunner, atau vibrator.

Plastic material memiliki workability index lebih besar dari pada ramming mix. Plastic material memiliki nilai WI > 15% sedangkan nilai WI ramming mix < 15%.

Jika pada saat pengaplikasian sampel dengan kadar air tertentu menggunakan rammer terjadi keretakan atau pecah, hal ini menunjukkan bahwa bahan kurang plastis. Oleh karena itu nilai WI dapat digunakan dalam pengembangan material plastic dan ramming mix.
Learn More
Pedoman Dryout Castable KonvensionalPedoman Dryout Castable Konvensional

·      Setelah pemasangan castable, dryout harus dilakukan untuk menghilangkan kadar air sehingga umur lining castable lebih panjang.


    Apa saja hal yang perlu diperhatikan saat melakukan dryout? Simak penjelasan dibawah!


 


 


     Suhu


Suhu dimana bahan ditempatkan adalah hal yang paling penting. Amati prosedur yang direkomendasikan pemasok refraktori.


 


·         Akses Burner


Rencanakan akses yang memadai yang memungkinkan penempatan pembakar kering sementara yang tepat ke dalam unit sehingga pengeringan atau pemanasan yang tepat dapat tercapai.


 


·         Pembentuk


Pembentuk terutama bentuk kayu harus dihilangkan sebelum kering.


Sebagian besar bentuk jaraknya rapat dan cenderung menutupi atau mengisolasi hotface selama tahap kritis awal kekeringan pada suhu rendah.


Bahan kayu atau tabung yang menyala sekitar 230°C sehingga menciptakan suhu tinggi yang tidak terkendali kadang – kadang lebih dari 500°C dan yang mengakibatkan spalling castable dan atau runtuhnya lapisan plastik.


 


·         Termocouples


Selama pemasangan refraktori adalah waktu terbaik untuk memasang termokopel yang tertanam ketika suhu antarmuka dari beberapa lapisan perlu diketahui untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kerusakan refraktori.


 


Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan proses dryout refractory jenis castable.


 

Learn More
Proses Dryout CastableProses Dryout Castable

Pada saat  material castable selesai terpasang, perlu dilakukan suatu proses yang disebut dryout. Dryout yaitu pemanasan awal lining lining castable dengan tujuan menghilangkan air tertinggal tanpa letusan yang menyebabkan lepasnya sebagian material atau explosive spalling.


Proses tersebut dilakukan dengan laju pemanasan dan lama penahanan secara terkendali. Fungsi lain dryout yaitu untuk membentuk jaringan dari susut retakan yang terdistribusi dengan baik.


Beberapa proses dryout diantaranya sebagai berikut.


 


Proses Dryout


1. Hidrasi adalah proses pembentukan ikatan secara kimia, molekul air dengan senyawa berkontak menjadi senyawa baru hidrat


2. Konversi adalah proses perubahan senyawa metastabil menjadi senyawa yang stabil


3. Dehidrasi adalah pelepasan molekul air oleh senyawa hidrat, umumnya melalui proses pemanasan


4. Curing proses (proses rawat) adalah perioda, dimulai dari dibentuk dengan penambahan air, semen bereaksi dan mengembangkan fasa pengikat hidrat


5. Setting stage adalah tahap awal dari proses curing dari semen mulai menjadi kaku (dari pasta bersifat fluid menjadi padatan kaku)


6. Hardening stage adalah tahap peningkatan kekuatan mekanis setelah tahap pengerasan


 


Air Dalam Castable


Air dalam Refraktori terdapat menjadi dua bagian, yaitu :


1.  Air Pembentukan (Air Mekanis)


Air mekanis yaitu air yang ditambahkan dalam proses pembentukan untuk memodifikasi sifat yang disesuaikan dengan cara pembentukannya (kering, semi kering, plastis, cor). Air ini akan sebagian besar tertinggal di dalam kapiler pori dari bahan sebagai air bebas.


2.  Air Hidrat


Air hidrat yaitu air yang terikat secara kimia dengan bahan membentuk hidrat dan dapat dihilangkan tanpa terlalu mengubah komposisi bahan. Proses pementukan hidrat diantaranya sebagai berikut:



  • Komposisi mineral anhidrous ditentukan oleh bahan baku dan proses.

  • Mineralogi dan kadar hidrat dalam semen ditentukan oleh komposisi mineralogis semen, rasio air – semen, suhu curing.

  • Rasio air terhadap semen ditentukan mineralogi dan komposisinya (Air ditambahkan 1/25 komponen semen).

  • Air ditambahkan pada konvensional semen 25% terikat sebagai hidrat, pada ultra low 10%.


·         Jika laju reaksi hidrasi menurun dengan penurunan suhu curing maka waktu hidrasi semakin panjang.


 


Penghilangan Air


Beberapa tahapan penghilangan air dari lining castable diantaranya yaitu:


1.  Evaporasi, Penguapan air pada suhu dibawah suhu titik didih (Tekanan uap air < Tekanan gas disekitar). Pengendalian evaporasi dapat dilakukan dengan menaikkan tekanan dengan menaikkan suhu refractory, menurunkan kelembaban gas relative, dan menurunkan tekanan gas ambient. Masalah yang sering terjadi yaitu tahapan evaporasi memakan waktu cukup lama.


2. Ebulisi, Penguapan air pada suhu sama atau lebih besar dari titik didihnya (Tekanan uap air Tekanan gas disekitar). Ebulisi dikendalikan dengan mengendalikan suhu dan laju pemanasan, porositas (melalui pengendalian curing, penambahan serat organic/serbuk logam) , dan curing.


3.  Dehidrasi, Pelepasan air hidrat dari bahan.


Intensitas dan lama penghilangan air dari setiap tahapan bergantung pada trayek pemanasan, dan fitur produk seperti permeabilitas, konduktivitas panas, kadar semen, rasio luas permukaan / volume, ketebalan, dll.


 

Learn More
Sifat Thermal Mekanis dan Fisik RefractorySifat Thermal, Mekanis, dan Fisik Refractory
Apakah Anda tahu sifat-sifat yang membedakan material refractory dari material lainnya?

Refractory harus memiliki sifat thermal, mekanis, dan fisik.

Apa saja sifat-sifat tersebut? Scroll ke bawah dan simak penjelasannya!

Sifat Thermal, Mekanis, dan Fisik Refractory

1. Refractoriness
Refractoriness yaitu ketahanan material refractory pada suhu tinggi. Sifat ini juga disebut sebagai PCE atau Pyrometric Cone Equivalence.

2. Refractory Under Load
RUL diperlukan untuk menentukan maximum temperature, namun dalam kondisi beban tekan. RUL penting untuk mengetahu kodisi tekanan tinggi.

3. Permanent Linear Change
Perubahan refractory setelah dibakar pada atmosfer, waktu, dan temperatur tertentu tanpa tekanan eksternal. PLC dinyatakan dalam satuan persen (%).

4. Thermal Conductivity
Kuantitas panas yang akan mengalir melalui suatu satuan luas dalam arah normal terhadap luas permukaan dalam waktu tertentu.

5. Thermal Shock
Kemampuan refractory untuk bertahan teradap perubahan temperatur seara mendadak.

6. Porositas
Volume pori-pori yang terbuka pada produk refractory sebagai presentase volume total, dimana cairan dapat menembus. Semakin rendah porositas maka semakin baik.

7. Cold Crushing Strength
Kemampuan refractory brick atau bata tahan api untuk bertahan terhadap beban kompresi pada suhu kamar.

8. Bulk Density
Jumlah bahan refractory dalam suatu volume. Semakin meningkat bulk density maka semakin meningkat stabilitas volume, kapasitas panas, dan ketahanan terhadap penetrasi terak.

9. Slag Resistance
Ketahanan terhadap slag ditentukan dengan menguji pengaruh jumlah dan komposisi slag pada temperatur tertentu terhadap refractory.


Demikian penjelasan mengenai sifat thermal, mekanis, dan fisik refractory.

Jika perusahaan Anda membutuhkan refractory untuk aplikasi pada furnace, boiler, kiln dan sebagainya, hubungi :

Phone : 0821-4280-8500
E-mail : info@lokarefractories.com
Learn More
Metode Inspeksi Refractory MonolithicMetode Inspeksi Refractory Monolithic
Setiap melakukan pemasangan material refractory, perlu dilakukan inspeksi setelahnya. Tujuannya yaitu memastikan material yang terpasang sesuai kondisi yang ditetapkan dan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

Metode inspeksi refractory berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai metode inspeksi refractory monolithic atau unformed seperti castable, mortar dan lain sebagainya.

Refractory monolithic diinspeksi dengan dua metode, yaitu inspeksi visual dan inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan. Simak penjelasannya di bawah!

Inspeksi Visual

Beberapa metode inspeksi visual diantaranya sebagai berikut:
1) Inspeksi Sambungan Penutup
Periksa jika mortar atau seal antara packing telah dipack diantara sambungan dengn sesuai.

2) Inspeksi Dimensi
Periksa dimensi dengan hati hati, utamanya lokasi dimana akurasi dimensi harus dijaga (misal, bagian sambungan dengan aksesori).

3) Perbaikan
Jika inspeksi mendapati perbaikan diperlukan tindak lanjut dengan perbaikan setelah membuang refraktori rusak dari lokasi perbaikan. Buang castable semestinya yang memungkinkan anchor dapat mendukung pemasangan refractory yang baru.

Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :

1. Yakinkan bahwa penghilangan tidak mempengaruhi lining yang normal di sekitarnya. Juga yakinkan bahwa material backup jika ada yang rusak oleh pembongkaran.

2. Bersihkan luasan setelah pembongkaran refraktori. Gantikan dengan hanya castable dari jenis yang sama. Juga sebelum pasang ulang castable, gunakan air segar untuk membasahi luasan yang siap dipasang yang kontak dengan castable baru.

3. Untuk memperbaiki lapisan, umumnya digunakan metode instalasi yang sama untuk area yang luas dengan cara yang sama seperti ketika refraktori awal dipasang.

Inspeksi Lapisan untuk Vesel Bertekanan

Inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan dapat dilakukan dengan visual atau gelombang suara, dan hammer test.

Inspeksi ini dilaksanakan setelah pengeringan alami dan dryout. Jika diperlukan, dapat dilakukan uji x-ray atau uji yang tidak merusak lainnya mungkin untuk daerah yang sangat penting.

Metode inspeksi lapisan untuk vesel bertekanan diantaranya:

1. Inspeksi setelah pengeringan alami (24 jam setelah instalasi)
a) Yakinkan bahwa pengerjaan lining memuaskan.
b) Periksa jika ada material pantulan yang masih melekat pada permukaan di gunning.
c) Periksa retakan.
d) Periksa dimensi.

2. Uji Hammer
Uji hammer merujuk pada pemukulan ke lapisan dengan palu, kira kira pada jarak interval 300mm untuk meyakinkan dari suara bahwa lining dipasang memuaskan.

Uji hammer ditujukan terutama untuk menentukan tidak ada material pantulan melekat pada lining yang di gunning, tidak ada laminasi pada lining yang menyebabkan lepas (peeling), castable refraktori pas bersentuhan dengan sel dan ruang kosong dalam refraktori.

Demikian artikel mengenai inspeksi refractory monolithic.

Jika perusahaan Anda membutuhkan refractory monolithic untuk aplikasi pada furnace, boiler, kiln dan sebagainya, hubungi :

Phone : 0821-4280-8500
E-mail : info@lokarefractories.com


Learn More